Iklan

Rabu, 03 Juni 2009

DUNIA PERLU SATU MATA UANG ACUAN

BUKAN DOLAR, EURO ATAU MATA UANG LAIN YANG MEMILIKI KEBERPIHAKAN PADA SUATU NEGARA ATAU BLOK NEGARA-NEGARA, NAMUN MATA UANG YANG MEREPRESENTASIKAN KEPENTINGAN SELURUH NEGARA DI DUNIA – KITA SEBUT SAJA SEBAGAI GLOBAL CURRENCY


Krisis ekonomi global yang berlangsung saat ini diyakini akan pulih apabila negara Amerika yang menjadi sumber krisis telah pulih. Mengapa demikian? Sebagaimana proses krisis tersebut terjadi, maka proses pemulihan pun seharusnya berlangsung melalui pendekatan yang sama. Karena itu ‘domino effect’ pemulihan harus dimulai dari Amerika. Upaya mengatasi krisis global akan sia-sia bila pusat krisis tidak ditanggulangi lebih dulu.

Domino effect yang seperti ini terjadi akibat adanya kesalahan pada tatanan ekonomi global saat ini. Ketergantungan pada satu mata uang yang memiliki keberpihakan pada suatu negara, dalam hal ini US Dolar merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kegoncangan luar biasa pada sistem finansial dunia. Kegoncangan pada sistem finansial tersebut memiliki dampak yang luar biasa pada sektor riil. Hal ini memicu terjadinya kebangkrutan dan keresahan sosial luar biasa yang terjadi di berbagai negara di dunia.

Krisis saat ini bagaikan dampak dari sebuah badai tornado yang sangat besar yang memiliki daya hancur luar biasa terhadap lingkungannya. Diperkirakan oleh banyak pihak bahwa pemicu terjadinya badai tornado ekonomi tersebut berasal dari kredit macet pada sektor properti di Amerika atau yang dikenal dengan sebutan ‘subprime mortgage’ yang melibatkan banyak lembaga finansial dunia. Namun menurut saya, subprime mortgage adalah sekedar pemantik di tengah suhu ekonomi yang sudah berada pada ‘level’ yang memungkinkan terjadinya sebuah badai dahsyat. Indikator-indikator berikut telah muncul sebagai tanda akan munculnya badai krisis global saat ini:
  • Terciptanya inter-koneksi ekonomi yang rumit dan mampu berjalan dalam kecepatan yang sangat mengagumkan, sehingga tidak ada satu pihak pun yang mampu memprediksi dampak dari apabila terjadi kemacetan atau kehilangan kendali dalam inter-koneksi ekonomi tersebut.
  • Inter-koneksi ekonomi yang saat ini berjalan menggunakan merek pelumas yang sama yaitu ‘US Dolar’. Memang benar bahwa penggunaan satu mata uang acuan sebagai standar perdagangan antar negara amat sangat diperlukan. Ini adalah prasyarat utama bagi terjadinya inter-koneksi yang efisien. Pada sisi lain penggunaan mata uang acuan dapat menunjukkan performa neraca keuangan sebuah negara dalam angka yang standar. Kesalahan yang ada menurut saya adalah pilihan yang diputuskan oleh masyarakat dunia dalam menentukan mata uang acuan mereka. Mereka memilih mata uang yang memiliki keberpihakan pada satu negara sebagai mata uang acuan mereka. Apakah tidak sebaiknya mata uang acuan yang dipilih seharusnya merepresentasikan kepentingan seluruh negara-negara di dunia?
  • Harga-harga mengalami over value berlipat ganda dari harga riil (bubble). Hal ini disebabkan karena meningkatnya proses transaksi yang mendukung terjadinya kondisi demikian. Oleh karena itu situasi ini menyebabkan banyak institusi yang dipandang memiliki nilai aset yang maha besar namun tidak mampu bertahan menghadapi krisis. Bahkan aset-aset tersebut mendadak susut dalam angka yang luar biasa. Saya melihatnya bahwa para pelaku ekonomi tersebut selama ini memiliki cacat persepsi yang memprihatinkan. Mereka buta untuk melihat kewajaran sebuah harga.

Dua hal pertama di atas menurut saya merupakan faktor infrastuktur yang memungkinkan kecepatan pergerakan badai tornado ekonomi tersebut berjalan. Sedangkan hal ketiga adalah faktor klimatologis sebuah badai tornado ekonomi terjadi.

Badai tornado ekonomi yang pecah saat ini tepat berada pada pusat pusaran ekonomi dunia, yakni Amerika. Tidak ada yang menduga bahwa mereka mengalami krisis eknomi begitu dahsyat seperti yang berkembang saat ini. Karena itu tidak ada yang dapat menangkal terseretnya ekonomi dunia ke dalam arus badai tersebut. Bahkan akibatnya putaran krisis menjadi bertambah besar dan kuat. Yang ditakutkan adalah apabila krisis menjadi liar dan berdaya rusak luar biasa.

Terlepas dari kondisi hebatnya putaran krisis tersebut, bagi saya yang menarik adalah adanya gejala anomali ekonomi, yakni penguatan US Dolar dan melemahnya mata uang negara-negara lain pada saat krisis terjadi. Mengapa demikian? Para pelaku ekonomi menganggap bahwa US Dolar merupakan mata uang paling aman di saat krisis. Dalam konteks ini saya melihatnya sebagai 'anomali bodoh' yang dibuat oleh para opportunis dan pragmatis ekonomi. Bagaimana mungkin sebuah negara yang mengalami krisis dahsyat lalu mata uangnya dicari bagai dewa?

(bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar