Iklan

Kamis, 29 November 2007

Experiential Learning

Experiential learning seringkali diidentikkan dengan kegiatan outbound, yaitu pelatihan yang membawa pesertanya ke alam terbuka. Banyak metode yang digunakan di dalamnya mulai dari simulasi, demonstrasi, role-play atau memecahkan games dan metode-metode lainnya. Bagi saya apa yang dipahami seperti ini adalah penyempitan dari makna experiential learning itu sendiri.

Dari maknanya, experiential learning secara sederhana dapat diartikan sebagai pembelajaran melalui pengalaman. Hal tersebut menjelaskan bahwa seseorang diarahkan untuk belajar melalui proses mengalami sendiri topik yang sedang dipelajarinya.

Sebagai contoh adalah ketika seorang yang ingin bisa mengendarai kendaraan, maka kita dapat mengajarinya melalui berbagai metode belajar. Misalnya, melalui ceramah seorang trainer / teacher dapat memberi penjelasan berbagai fungsi-fungsi kendali dalam kendaraan, menjelaskan rambu-rambu, dsb. Melalui simulasi, si belajar dapat mengalami cara mengendarakan kendaraan lewat model kendaraan yang bukan sebenarnya namun bekerja seperti sesungguhnya. Melalui experiential learning, si belajar belajar mengemudikan kendaraan sesungguhnya di medan yang sesungguhnya pula.

Apa yang berbeda dari berbagai metode tersebut ? Pengalaman belajar.

Pada metode pertama, pengalaman belajar yang didapat hanyalah memahami cara kerja setiap fungsi-fungsi kendali dalam kendaraan. Namun yang bersangkutan belum bisa dikatakan dapat menjalankan kendaraan. Pada metode belajar yang kedua, pengalaman belajar yang didapat sudah lebih kaya, yakni dapat menerapkan cara mengendarai kendaraan pada suatu situasi palsu yang dibuat sesuai kenyataan. Si belajar meski secara teknik dapat menjalankan kendaraan namun tetap belum dapat dianggap dapat menjalankan kendaraan karena pada kenyataannya, masalah-masalah yang dihadapi di lapangan jauh lebih kompleks.

Pengalaman dalam teori yang diungkapkan oleh Edgar Dale merupakan metode yang memberikan level pengalaman belajar paling baik. Seluruh indera yang dimiliki oleh si belajar mengalami proses belajar. Karena itu yang terbentuk sebagai hasil belajar bukan sekedar kognisi atau skills atau afeksi saja, namun kombinasi dari seluruh ranah tersebut. Proses belajar demikian akan mampu membentuk kompetensi yang melekat dengan karakter pribadi seseorang. Maka tak salah bila ada pepatah yang mengatakan bahwa guru yang terbaik adalah pengalaman.

Lantas apa hubungannya antara experiential learning dengan outbound? Pendekatannya.

Dalam outbound, peserta diarahkan untuk mengalami sendiri sejumlah hal yang menjadi target belajar. Misal untuk mencapai target belajar 'Berani Mengambil Keputusan', si peserta dihadapkan pada suatu kondisi kritis tertentu sehingga dipaksa mengambil keputusan. Namun, karena kebanyakan setting belajar merupakan setting yang bersifat manipulatif (diciptakan dan diawasi) maka pengalaman belajar yang didapat akan tergantung pula dengan seberapa kompleks penciptaan manipulasi tersebut dan pengawasannya. Contoh yang cukup ideal untuk hal ini adalah program latihan militer dalam film G.I. Jane.

Bentuk lain dari model Experiential Learning

Pada salah satu TV swasta ditayangkan bagaimana Donald Trump mencari kandidat untuk para eksekutifnya yang akan bekerja di perusahaannya. Para peserta diminta untuk membentuk tim lalu diberi serangkaian tugas yang membuat mereka berkompetisi. Kompetisi yang terjadi adalah kompetisi antar tim dan juga antar individu. Tugas-tugas yang diberikan kepada mereka adalah tugas sederhana namun merupakan tugas yang secara nyata bersentuhan dengan dunia sebenarnya. Seringkali tugas yang diberikan adalah menjual berbagai produk kepada masyarakat. Tim atau individu yang menjadi pemenang adalah mereka yang berhasil mencapai penjualan tertinggi. Karena sebab itu, maka muncul banyak cara, gagasan dan teknik yang dilakukan oleh setiap tim atau individu yang terlibat. Cara Trump tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk experiential learning. Mengapa? Para peserta terjun langsung ke dunia nyata, menyelesaikan tugasnya dengan kreativitas dan teknik masing-masing. Mereka melakukan analisis langsung terhadap produk yang akan dijual, segmen masyarakat, harga yang ditawarkan dan berbagai hal yang harus dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar