Iklan

Rabu, 30 Januari 2008

Tegarkan Hatimu, Kawan !

Saya punya seorang kawan. Dia seorang pekerja keras. Hari-harinya dicurahkan untuk pekerjaannya sekarang. Dia merasa perusahaannya saat ini bisa diharapkannya akan memberikannya jenjang karir yang lebih baik dibandingkan perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya. Tidak terasa, sudah hampir 5 tahun dia bekerja di perusahaan yang sekarang.

Dia mengawali karirnya pada September 2003 sebagai seorang supervisor untuk salah satu produk busana wanita. Tugasnya saat itu adalah melakukan kegiatan pengawasan terhadap aktivitas penjualan harian di seluruh outlet Ramayana Deptstore dimana produk tersebut ditempatkan. Singkatnya, dia berhasil mengelola outlet-outlet yang ditanganinya sehingga mampu memberikan kontribusi cukup signifikan bagi perusahaan.

Awal 2004, atasannya menugasinya untuk mengelola seluruh outlet penjualan yang berada di Matahari Department Store. Alasannya adalah bahwa department store tersebut memiliki nilai lebih strategis dibandingkan department store lainnya bagi perusahaan. Diperparah dengan kondisi, performa penjualan sedang mengalami masalah. Perusahaan selalu terkena pinalti dari Matahari karena gagal mencapai target yang disepakati. Saat itu, banyak yang meragukannya termasuk dirinya sendiri. Apa yang terjadi pada akhir 2004? Dia berhasil menorehkan sejarah baru bagi perusahaan, karena selain terbebas dari pinalti, dia pun berhasil membukukan angka penjualan yang sangat meningkat dibandingkan sebelumnya.

Penunjukkan dirinya untuk menangani tugas-tugas baru terus berlanjut. Kali ini, pada 2005 dia diminta untuk menangani penjualan produk utama perusahaan tersebut di Matahari. Alasannya sama, yakni perusahaan perlu memperbaiki performa penjualan produk utama mereka. Ternyata masukan ini justeru datang dari pihak Matahari yang merasa bahwa dia perlu menangani produk yang lebih memiliki nilai strategis bagi perusahaan tersebut. Hebatnya, tidak lebih dari enam bulan sejak dia menangani, produk tersebut mengalami peningkatan penjualan yang sangat tajam. Pada sisi lain, hal yang sebaliknya terjadi pada produk yang semula ditanganinya. Performa penjualan produk tersebut jatuh kembali.

Awal 2006, manajemen meminta dia kembali menangani produk sebelumnya. Namun kali ini, bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasi penjualan seluruh outlet di Indonesia. Hal tersebut berlanjut hingga sekarang. Bahkan pada akhir 2007, produk yang ditangani, berhasil mendapatkan penghargaan sebagai salah satu produk asli Indonesia terbaik. Sebuah klimaks prestasi kerja yang sangat fantastis !

Apa yang terjadi pada awal 2008 ini? Dia mengajukan resign kepada perusahaan di saat ia akan mendapatkan posisi Asisten Manajer pada April ini. Sebuah keputusan yang mencengangkan dan tidak masuk akal. Semua orang bertanya, "Kenapa ?" dan "Kenapa?". Semula saya mengira ia mendapatkan pekerjaan baru ? Ternyata, jawabannya "...belum". Aneh? Orang gila macam apa yang bisa melakukan langkah seperti itu? Dia hanya menjawab singkat pada saya, "...saya telah melukai komitmen saya karena menggunakan uang penjualan sebesar 4 juta, karena harus membayar biaya pengobatan adik dan ibu saya...". "...saya hanya ingin bertanggung jawab...".

Saya tercenung tak menyangka. Dia yang saya kenal sebagai seorang pekerja keras, jujur dan pintar mengakhiri karirnya dengan cara seperti ini. Saya hanya geleng-geleng kepala, "bagaimana mungkin orang seperti dia tidak memiliki uang sebesar 4 juta?". Memangnya, berapa dia dibayar oleh perusahaan? Dia menjawab, 2,7 juta per bulan dan itu habis untuk diberikannya pada orang tua dan biaya kuliah adiknya. Astaga !!!

Belajar dari kisah itu, saya melihat ada 2 sisi yang dapat diambil sebagai hikmah. Pertama, sebagai seorang karyawan kadang kita tidak memiliki posisi tawar yang baik dimata perusahaan. Meski, dalam hal ini kita adalah karyawan berprestasi. Karena itu, ada baiknya bila kita selalu memperbaiki kondisi posisi tawar kita dari waktu ke waktu. Jangan terlena dengan kontribusi yang kita telah berikan, relationship yang sudah kita jaga dan lamanya kita bekerja. Kedua, bekerjalah untuk kepentingan dan kebutuhanmu sendiri. Jangan beranggapan bahwa orang lain sekalipun atasanmu akan mau atau dapat memperjuangkan nasibmu. Mintalah penghasilan yang menurutmu layak. Saya yakin, keseimbangan antara 2 hal ini akan membuatmu bertahan sekaligus menikmati posisi pekerjaanmu saat ini.

Saat ini, saya hanya bisa bilang padanya, "...tegarkan hatimu, kawanku!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar